Tahun 2022 waktu saya masih full-time bekerja sebagai copywrter, saat itu GPT baru bisa diakses oleh public, saya dapet tugas untuk bikin banyak artikel untuk kebutuhan website. Masih ingat banget karena butuhnya cepat, orang kantor menyarankan untuk menggunakan GPT. Mereka ngga peduli artikelmu ditulis setelah kamu baca banyak referensi, karena yang penting banyak dan cepat selesai.
Selain GPT yang jadi kaya ramuan mujarab--kaya lihat 'sihir' yang paling terbarukan--waktu itu sudah ada semacam antitesisnya yang bisa ngedeteksi suatu tulisan termasuk 'buah tangan' GPT atau bukan yang namanya zerogpt. Klaimnya zerogpt ini akurat untuk menilai suatu tulisan apakah karya GPT atau tangan sendiri. Tapi, karena saya ngga percaya-percaya amat, maka saya coba untuk menyalin beberapa tulisan yang ada di website tertentu dan meminta zerogpt melakukan diagnose. Hasilnya kalo ngga salah 5-10 artikel disebut karya GPT. Dari situ saya ngga nyoba lagi untuk ngetes AI menilai apakah tulisan seseorang itu hasil GPT atau bukan. Selain karena bakalan kesal banget pekerjaan yang selesai tanpa bantuan GPT, dan disebut sebagai karya GPT oleh turunan AI lainnya. Kemudian saya pun menaruh curiga dengan diagnose serba cepat dan asal yang diberikan oleh AI kaya zerogpt ini mirip kaya penanganan pegawai puskesmas di tempat tinggal saya yang berobat secara gratis: asal cepat kelar dan tanpa diagnose mendalam.
Kejadian kaya zerogpt di atas itu mirip kaya sekarang: apa-apa yang manusia kerjakan bisa diklaim "buah tangan" GPT: bikin copywriting kebutuhan konten IG, menulis kalimat untuk kebutuhan kirim-kirim surel, bikin naskah makalah esai, dan masih banyak lagi.
Tapi ada bedanya dan ini yang paling bikin saya ngga habis pikir adalah dengan entengnya ada yang bilang kalo tanda "--" atau em dash adalah ciri paling jelas hasil maha karya GPT. Praduga ini tuh mirip kaya--labeling-diri untuk predikat yang sebenernya mereka ngga pernah adanya riwayat diagnosa sebelumnya--dukun aja yang asal nebak dan kalopun benar kejadian tinggal dicocok-cocokkan.
Bukan hanya em dash, katanya penggunaan emoji, pola kalimat juga bisa 'ketauan' kalo itu merupakan pola GPT yang Agung! Memanglah benar jika brain rot itu berbahaya bukan hanya bagi kalangan muda, tapi juga orang-orang dewasa. Hal-hal kaya gini kalo dibiarin beternak itu jadi subur dan langgeng susah digugat: menjadi mitos abad 21.
Padahal cara kerja AI GPT itu kan hasil dari serangkaian pembelajaran dari berbagai macam jenis bentuk penulisan sejak alfabet pertama ditemukan hingga bahasa pemrograman yang ada saat ini. Dengan demikian GPT itu belajar dari bagaimana manusia menulis, dan ada manusia yang menggunakan em dash dalam penulisan, maka ngga bisa disebut semua tulisan yang menggunakan em dash adalah karya GPT.
Makanya cara paling praktis agar kita ngga jadi orang-orang yang mudah terjangkit sindrom 'apa-apa serba GPT' adalah dengan pergi ke mesin pencarian Google dan masukkan kata kunci seperti yang saya ketik "the problem with em dash as AI".
Salah satunya saya akan mengutip artikel berjudul You can take my em dashes from my cold, dead hands: Are em dashes really a telltale sign of AI witing?
Dalam artikel yang ditulis Adam menggarisbawahi jika kebiasaan praduga ini diteruskan merupakan bias personal dan ngga ada basis sainsnya: jika sebelumnya saya belum pernah menggunakan em dash, bukan berarti hari ini atau besok saya tidak akan menggunakannya. Persis kaya pepatah tua Heraklitus: sesuatu yang pasti itu adalah perubahan itu sendiri. Dan kita sudah seharusnya mengurangi praduga yang ngga penting--kaya menganggap semua tulisan termasuk ini hasil karya GPT--serta mengamini kalau semuanya yang ada di dunia ini ngga tetap.
Kalo masih ada orang yang bilang em dash adalah ciri paling jelas karya GPT itu orang sedang 'berhalusinasi' sampai-sampai meniru cara GPT itu sendiri berhalusinasi dan tidak 'tahu' apa yang sedang dibicirakan.