Bisakah Kita Berhenti Kerja dan Hanya Menikmati Hari?
Hari ini Doro kembali pulang kerja larut malam, setelah seharian mengurusi klien, tim, dan atasan untuk kegiatan promosi digital. Waktu di ponsel pintarnya menunjukkan pukul 21.00, entah kapan terakhir kali ia pulang tepat waktu pukul 17.00 sore—sesuai yang tertera pada kontrak kerja. Ingatan pulang tepat waktu lebih suram daripada catatan jatuh tempo yang ia salin ulang menjadi memo dan ditempel pada setiap dinding kamar indekos kecil berukuran 2x3.
Di depan pintu kamarnya sambil menenteng plastik berisi nasi goreng, Doro diam untuk beberapa saat dan diikuti dengan tarik nafas panjang. Sebuah kebiasaan yang tak pernah luput ia lakukan sejak ia resmi menjadi pekerja kreatif. Ia mempunyai kepercayaan sebelum masuk ke tempat “persembunyiannya”, segala kepusingan tempat kerja mesti ditanggalkan. Rutinitas inilah telah dilakukan sejak 6 tahun sejak menjadi karyawan dengan status kontrak dari perusahaan ke perusahaan lain.
Ia membuka kunci pintu dan masuk ke dalam kamar kecil dan sempit, langit-langit yang bisa ia jangkau tiap kali melompat–kemudian meraih stok makanan kucing kesayangannya di dalam box plastik. Setelah ia selesai dengan kewajibannya. Ia mengambil meja lipat yang disimpan di sebelah rak plastik. Meja itu teramat praktis dan berfungsi banyak.
Saat pertama kali datang ke tukang perabot, ia bermaksud membeli meja yang mudah dipindahkan dan bisa menyelesaikan satu dari banyaknya masalah yang ia hadapi: menyimpan laptopnya supaya tak lagi di atas lantai. Tapi lama kelamaan, ia pikir cukup sia-sia jika meja itu hanya diperuntukkan jadi tatakan laptop. Toh, ia merupakan pembeli dan karena barang yang dibeli merupakan kepemilikannya yang bebas fungsinya mau diapakan oleh si pembeli. Sejak saat itu, ia putuskan meja lipat itu menjadi meja lipat serbaguna: untuk menyimpan laptop, untuk tempat figur jika ia sedang ingin memainkannya, dan untuk meja makan setiap kali ia membawa makan dari luar dan tumbler berisi air minum yang diisi dari tempat kerjanya sebelum ia pulang.
Barangkali fungsi meja kerja serbaguna itu seperti dirinya di tempat kerja sekarang. Awal kerja ia bisa menjadi seorang tukang gambar. Enam bulan pertama, ia mendapati kerjaan tambahan menjadi tukang video. Satu tahun berlalu, ia bisa skill baru sebagai pembuat kata-kata iklan dan sekaligus talent konten. Kurang dari dua tahun, Doro mahir berbagai pekerjaan: menjadi seorang tukang gambar, video, tukang kata dan seorang talent konten–dengan diri dan gaji yang sama sejak ia pertama kali menandatangani perjanjian kerja.
***
Doro tidak tinggal sendiri, ia bersama 2A, seekor kucing, dan koleksi figur yang ia dapatkan dari menyisihkan gaji bulanannya–-penghuni sekaligus penjaga kamarnya ini setia mendengarkan segala ocehannya yang selalu sama. Mulai dari jarak kantor yang mesti ia tempuh setiap hari kurang lebih 60km dengan kendaraan roda dua matic yang baru lunas satu tahun ke belakang dan kini mulai sering bolak balik bengkel reparasi.
Seperti kebiasaan dirinya sehabis pulang kerja yang tenggelam dalam doom scroll sosial media dan selalu mendapati potongan video lucu yang sama dan diposting dari satu platform ke platform lain.
Tempat kerjanya selalu menambah klien dan jam kerja panjang tapi untuk soal insentif lembur dan bonus performa, jangan ditanya, mereka hanyalah mitos. Bahkan untuk gaji saja mepet dari aturan pemerintah XW20 yang hanya sebesar 5jt untuk menghidupi satu orang. Sementara ada banyak “orang” yang mesti ia hidupi, meskipun sebenarnya hanya Doro dan 2A yang bisa dikatakan “hidup” secara definisi.
Setelah selesai makan kelewat malam. Ia lanjut membersihkan figurnya sambil bercerita ke sana-sini–ia lebih nyaman bercerita dengan entitas non-human. Dalam momen pembersihan diri teman-temannya, ocehannya itu merupakan muntahan dari pikiran idealnya atas hidupnya yang tiada akhir kesusahan. Doro membayangkan bagaimana rasanya kalau ia tidak perlu menempuh jarak 60km dari kamar kos ke kantornya, setiap hari tanpa bermacet-macetan dengan pekerja lainnya, atau punya cukup uang untuk tinggal di indekos yang berada di sekitar kantornya. Mungkin ia bisa melakukan apa yang dilakukan oleh atasannya. Datang santai mendekati jam masuk sambil membawa kopi aren latte, menyapa divisi atau lebih tepatnya sekadar basa-basi dan mendapat pujian dari manajemen karena berhasil ‘mengarahkan tim’ mencapai target.
Siapa yang tak ingin hidup seperti atasannya yang menerapkan pola hidup santai di tengah dunia yang cepat sambil menyesap kopi susu dari gerai kopi terkenal, atasannya selalu menikmati benefit setiap klien bertambah—bonus yang akan diterimanya jika berhasil ‘memecut’ Doro dan timnya mencapai target.
Berkebalikan dari itu, Doro seringkali hanya menyeduh kopi sachet hitam dan menyesapnya secara terburu-buru sebelum ia keluar dari kamar kos yang sempit. Kamar kos tersebut dibikin oleh pemiliknya agar benar-benar bisa memanfaatkan ruang kosong menjadi pendapatan tetap. Meski jika dilihat secara teliti, bentuk kamarnya Doro tak lebih baik dari kaleng sarden.
Konon pemiliknya, Kai, mendapat inspirasi bentuk kamar kos setelah menghadiri seminar bagaimana caranya “Memaksimalkan ruang-ruang menjadi pasif income”. Seperti mendapat wangsit mimpi, sepulang dari acara itu, Kai langsung merenovasi bangunan rumah tuanya menjadi seperti sekumpulan sarden yang berada dalam satu lahan persegi panjang.
Selain itu, Doro juga jarang mengisi perutnya dengan sarapan yang pantas, katanya lebih baik minum kopi hitam setiap pagi, supaya lingkar perut ngga gampang melar. Makan cukup hanya dua kali sehari, lagi pula masih ada 2A yang lebih membutuhkan makan, pikirnya. Siasat ini telah ia terapkan dan terbilang sukses untuk membuatnya bisa bertahan hidup dari kerja-kerja tak masuk akal.
Mungkin saja jika ia memiliki harta yang tak ada habisnya dari limpahan orang tuanya, memiliki tempat kerja yang memberikan ruang untuk berkembang dan memberi nilai-lebih ketika kemampuannya dihargai seharusnya, atau teman-temannya memiliki keresahan yang sama menuntut pekerjaan lebih manusia. Impiannya untuk bangun pagi tanpa terburu-buru, seolah hari ini deadline bumi akan kiamat, menyesap kopi secara tenang bareng 2A dan figurnya, punya uang lebih untuk tinggal di tengah kota dan dekat ke mana-mana, bisa saja terlaksana.
Sehingga sepulang kerja, Doro masih bisa ikut untuk menjadi bagian dari “naik kelas”, mengkonsumsi banyak ikan, daging sapi, dada ayam, sayur dan buah-buahan, kacang dan biji-bijian, mengisi pengetahuan untuk gizi isi kepalanya dengan buku-buku bisnis atau pengembangan diri, alih-alih pulang ke kamar kosnya dengan muka lesu dan kecapekan.
***
“INVESTASI KE DIRI SENDIRI + KERJA KERAS DAN KERJA CERDAS YANG BISA MENGGENJOT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MEMPERLUAS KAMAR ANDA”.
Sebuah desain iklan dengan copywriting bombastis khas omongan pejabat yang tak bisa kerja, selain menjadi lintah darat tanpa menyumbang nilai-lebih, dan agensi cum perpanjangan instansi yang hanya bermodal “setiap omongan dan kebijakan dari pemerintah akan saya dukung” merupakan model ekonomi yang telah berlangsung sejak lama–jauh sebelum semuanya menjadi digital. Di lingkungan pemerintah XW20, pekerjaan yang akan dilakukan pertama kali ketika seseorang menjabat ialah akan memastikan setiap penyiaran iklan “mantra digital” ini benar-benar muncul di ponsel pintar tanpa sekalipun absen di saluran digital yang ada.
Iklan tersebut muncul dari sela Doro berselancar sosial media untuk menghibur diri setelah kerja berkepanjangan. Setiap kali warga XW20 yang memiliki ponsel pintar dan membuka sosial media akan lebih sering menjumpai promosi mantra tersebut sebagai ramuan mujarab untuk mendapatkan kesejahteraan. Hitungannya tiap 2 kali melihat konten lucu, ayat-ayat digital akan tampil selanjutnya. Setiap 1x warga XW20 mengirim bukti mereka menerima iklan ke tempat kerja masing-masing, nilai poin dari setiap kantor yang bekerjasama dengan pemerintah mendapat 1 poin tambahan untuk menjaga keberlangsungan bisnis di bawah pemerintah XW20.
Kata “investasi ke diri” dan “kerja keras dan kerja cerdas” seringkali digunakan secara bergantian sebagai pengukur bobot ‘kesejahteraan individu dan sosial’.
“Barang siapa yang memanfaatkan waktu secara tidak percuma, niscaya dalam sehari ia mampu mendapatkan promosi dan kenaikan gaji, serta kamar tidur yang luas cukup untuk dirinya, hewan peliharaannya maupun teman imajinernya”. Ujar YT, salah satu perwakilan dari kementerian ketenagakerjaan pemerintah.
Dari situ, para pekerja di XW20 beramai-ramai untuk meyakinkan diri bahwa kerja keras dan kerja cerdas bisa mengubah nasib hidup.
“Mantra digital” merupakan suatu kalimat baru yang kini selalu bertengger top 5 teratas dalam mesin pencarian. Sejajar dengan pencarian kosakata “pemerintah maju dan negara kita terang dan semakin digital, dan kecerdasan buatan merupakan peluang” yang makin populer saat ini. Kalimat baru ini bagi orang-orang di XW20 merupakan fenomena yang unik dan bisa dibilang pengganti ritual-ritual tradisional sebelas tahun lalu, ketika dunia tidak dihabiskan dalam layar kaca dan sekabel jaringan dengan rezim baru ganti nama.
***
Sebelas tahun yang lalu, negara yang sekarang disebut XW20 merasakan kali pertama perayaan yang begitu meriah kemenangan pemimpin barunya. Kemenangan itu melibatkan banyak orang tak terhitung jumlahnya yang luber ke jalanan. Kakek, nenek, seorang ibu, seorang bapak, dan anak muda yang telah cukup usia dan secara sadar menyumbang suaranya. Mereka antusias menyambut kemenangan yang menggambarkan “pemimpin yang bukan dari kalangan militer” dan “seperti kita-kita ini, orang biasa!”.
Peristiwa ini juga dikenal oleh warga XW20 waktu itu sebagai suatu babakan ke arah yang jauh lebih baik. Setidaknya negara tetangga, XY19 yang mereka sebut, akan semakin tertinggal. Mereka dendam bukan kepalang dengan XY19, sebab alasan sejarah pendahulunya yang gagal meninggalkan jejak kaki pemerintah XW20. Seperti halnya catatan sejarah para pengelana. Setiap mereka yang bertualang dan berhasil menemukan lokasi baru, kecil kemungkinan tak meninggalkan jejak kaki dan membawa sesuatu yang berharga dari lokasi baru tersebut. Lebih tepatnya mereka, pemerintah XW20, dulunya ingin betul berhasil menguasai wilayah XY19. Alasan paling kuatnya ialah karena posisinya strategis untuk berdagang dan dekat dengan negara pusat.
Kemeriahan dari Pesta Rakyat berlanjut. Satu hari setelah dilantik dan pesta di beberapa tempat masih berlangsung. Satu minggu kemudian, masih dalam euforia kemenangan. Satu bulan berlalu belum ada janji-janji yang sebelumnya disiarkan pada warga XW20, namun warga tak keberatan karena baru satu bulan.
Tiga bulan berlalu dan dengungan warga cukup besar, namun suaranya dapat diredam dengan alasan “kita harus mendukung pemerintahan yang baru”. Satu tahun telah berlalu dipimpin oleh Orang Kita menghasilkan bisingnya suara antar warga yang menagih harapan kemudahan melangsungkan hidup sehari-hari. Dua tahun kemudian, satu pabrik penghasil barang-barang berkualitas untuk sehari-hari. Tiga bulan berselang Warga XW20 justru kebanjiran barang-barang super ajaib seperti sapu yang bisa membersihkan debu dengan sendirinya dari negara XY19, piring garpu dan barang-barang yang dekat dengan urusan rumah juga mereka dapati berasal dari negara yang mereka kira tak akan lebih maju.
Setelah satu pabrik tutup, enam bulan kemudian pabrik penghasil baju-baju berkualitas untuk kebutuhan negara pusat ikut mengumumkan tak akan beroperasi lagi. Pabrik tersebut mampu menyerap mayoritas warga XW20 untuk bekerja dan menghasilkan baju. Dengan adanya informasi tak akan beroperasi lagi, mayoritas warga XW20 akan kehilangan pekerjaan dalam waktu tak lebih dari tigapuluh hari.
Sepanjang tahun itu, pemerintah XW20 tak memberikan solusi bagi mereka yang tak lagi memiliki pekerjaan untuk menghidupi anak, istri dan bahkan dirinya sendiri. Gelombang protes dari pekerja pabrik meletus di mana-mana untuk meminta solusi dari pemerintah tentang nasib dan masa depan keluarga mereka. Setiap kali ada protes yang berlangsung, di situ juga massa dapat dipukul oleh aparat negara yang dikerahkan oleh pemerintah dalam menjawab keresahan warga. Bahkan pada setiap kerumunan yang dihadiri lebih dari dua orang, siap-siap pentungan dilayangkan dari belakang, atau kalau beruntung kerah baju warga hanya akan ditarik yang menandakan membubarkan kerumunan.
Pemerintah XW20 daripada memberi bantuan penghidupan warga yang terdampak PHK massal, mereka hanya memikirkan tawaran yang menguntungkan untuk kroninya dari negara pusat untuk menjadi perpanjangan negara–sebabnya syarat ‘menonaktifkan’ dua pabrik raksasa pemberi penghidupan warganya dapat mereka turuti.
Pungutan pajak selama ini yang disumbangkan oleh para warga sebelum terkena PHK hanya menjadi uang pelicin agar negara pusat mau melihat pemerintah XW20 dan membantu mendirikan pabrik masa depan–sebuah pabrik yang sepenuhnya berada di ruang digital. Proyek ini rencananya dapat segera beroperasi tahun depan dan tiga bulan dari sekarang pabrik dengan gig ekonomi baru akan segera dibangun dengan bantuan dari tenaga kerja pusat ditambah teknologi mutakhir: android–nama yang aneh bagi warga XW20 saat itu.
Dalam masa kelam pasca PHK massal, warga XW20 tak lagi memiliki pegangan untuk hari esok. Mereka otomatis mengandalkan kebaikan pemerintah dan mengikuti segala proyek pemerintah dengan aturannya yan berlaku: mendaftarkan nama dan tempat, memberi tahu nama ibu kandung, tanggal lahir, mengikuti program salinan deteksi wajah, membagikan zodiak dan shio, serta hewan kesukaan. Bayaran dari itu semua ialah santunan uang, beras dan sejumlah kebutuhan protein alami dan hewani. Serta pelatihan gratis tentang menuju dunia yang baru: sebuah dunia yang penuh harapan tanpa adanya PHK massal, ketegangan antara warga dan pemerintah, hingga bagian terkecil sembunyi-sembunyi tak akan ada lagi. Dan yang paling penting ialah satu tahun dari sekarang akan banyak pabrik-pabrik baru dengan gig ekonomi baru tumbuh lebih cepat tak terhitung jumlahnya yang akan menjadi pegangan warga XW20. Terutama warga yang masih muda dalam rentang usia 17-28 tahun.
Pemerintah XW20 yang biasanya bergeraknya seperti hewan paling lambat di bumi, selain karena faktor usia dan faktor kurangnya asupan gizi yang pas sewaktu balita, dalam sekejap mereka dapat bekerja secara cepat dan mengikuti kemauan negara pusat untuk menjadi negara cangkang tempat dibangunnya bisnis model baru. Seperti kisah pendahulunya yang membuat bangunan megah dalam satu malam, kali ini mereka membuat suatu aturan yang mengikat hanya dalam satu malam tanpa bantuan jin.
Aturan ini di antaranya memberitahu kepada warga XW20, terutama anak muda bahwa masa depan ialah suatu dunia penuh harapan dan teknologi canggih yang merupakan kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Selanjutnya dalam aturan itu juga menyebutkan kalau dunia yang baru, pekerjaan senantiasa dengan aturan baru. Salah satunya tanpa adanya PHK Massal. Pekerja tak akan diberi fleksibilitas, semaunya. Semisal hari ini absen karena atasan tak memberi gambaran sekilas mengenai apa yang harus dikerjakan, besoknya warga bisa mencari tempat kerja baru yang sesuai dan tempat kerja bisa segera mendapat pengganti yang baru. Semudah itu kondisi kerja di bawah masa depan pemerintah XW20 yang baru dan tanpa kontrak kerja yang mengikat. Sehingga PHK Massal tak akan pernah terjadi kembali di masa depan.